Seorang gadis menulis surat untuk calon suaminya dan menyimpannya di atas awan. Ini isi suratnya :
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Bakal suamiku …
Apa khabarnya imanmu hari ini? Sudahkah harimu ini diawalkan dengan syukur kerana dapat menatap kembali fananya hidup ini? Sudahkah air wudhuk menyegarkan kembali ingatanmu atas amanah yang saat ini tengah kau genggam?
Bakal suamiku…
Aku yakin Allah pun mencintaimu sebagaimana Dia mencintaiku. Aku yakin Dia kini tengah melatihmu menjadi mujahid yang utuh, hingga akupun bangga memilikimu kelak.
Apa yang kuharapkan darimu adalah ketulusan dan kjujuran. Semoga sama halnya dengan dirimu. Kerana apabila kecantikan yang kau harapkan dariku, hanya sia-sia yang dapati. kerana aku bukan perawan yg indah rupa parasnya..aku sekadar seorang hawa yang sederhana..
Aku masih haus akan ilmu. Namun berbekal ilmu yang ada saat ini, aku berharap dapat menjadi isteri yang mendapat keredhaan Allah dan dirimu, suamiku.
Saat aku masih menjadi asuhan abah dan emak, tak lain doaku agar menjadi anak yang solehah, agar kelak dapat menjadi tabungan keduanya di akhirat. Namun nanti, setelah menjadi isterimu, aku berharap menjadi pendamping yang solehah agar kelak di syurga cukup aku yang menjadi bidadarimu, mendampingi dirimu yang soleh.
Aku ini pencemburu kuat. Tapi kalau Allah dan Rasulullah lebih kau cintai daripada aku, aku rela. Aku harap begitu pula dirimu.
Pernah suatu ketika aku membaca sebuah kisah; “Aku minta pada Allah setangkai bunga segar, Dia memberiku kaktus berduri. Aku minta kepada Allah kupu-kupu yg indah, Dia beri aku ulat berbulu. Aku memberontak, aku kecewa.. Betapa tidak adilnya semua ini.
Namun kemudian kaktus itu berbunga, sangat indah sekali. Dan ulat pun berubah menjadi kupu-kupu yang teramat cantik. Itulah jalan Allah, indah pada waktunya. Allah tidak memberi apa yang kita inginkan, tapi Allah memberi apa yang kita perlukankan.”
Calon suamiku yang di rahmati Allah…
Apabila hanya sebuah pondok menjadi bahtera pernikahan kita, takkan ku namai dengan pondok derita. Karena itulah markas dakwah kita, dan akan menjadi indah ketika kita hiasi dengan cinta dan kasih.
Ketika kelak telah lahir generasi penerus dakwah islam dari pernikahan kita, Bantu aku untuk bersama mendidiknya dengan harta yang halal, dengan ilmu yang bermanfaat, terutama dengan menanamkan pada diri mereka ketaatan kepada Allah SWT.
Bunga akan indah pada waktunya. Iaitu ketika semuanya mekar menghiasi taman. Maka kini tengah kupersiapkan diri ini sebaik-baiknya, bersiap menyambut kehadiranmu dalam kehidupanku.
Kini aku sedang belajar menjadi yang terbaik. Meski bukan umat yang terbaik, tapi setidaknya menjadi yang terbaik disisimu kelak.
Calon suamiku…
Inilah sekilas harapan yang kuukirkan dalam rangkaian kata. Seperti kata orang, tidak semua yang dirasakan dapat diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang kini kuhadapi. Kelak saat kita tengah bersama, maka disitulah kau akan memahami diriku, sama halnya dengan diriku yang akan belajar memahamimu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
hidup ini indah bila engkau selalu hadir di sisiku setiap waktu, hingga aku hembuskan nafas yg terakhir
Aku yakin kaulah yang aku perlukan, tuntunlah aku bersama dlm menggapai cintaNYA
(Abdul Fatah Abdul Kadir)
0 beautiful judges:
Post a Comment